"Aku menCINTAimu karena ALLAH, dengan cara yang diridhai Allah, dalam rangka menuju ridha Allah.-

Sabtu, 11 Februari 2012

Dakwah Rasulullah Periode Mekkah

Sesudah turun wahyu yang pertama, malaikat Jibril beberapa lama tidak turun, sehingga Rasulullah sangat menanti kedatangannya. Beliaupun selalu datang ke gua Hira’ sebagaimana kebiasaanya.
Pada suatu hari, kedengaranlah oleh beliau bunyi suara dari langit lalu diangkatkannya kepalanya ke atas, kelihatanlah oleh beliau malaikat Jibril. Melihat pemandangan itu, tubuh beliau berasa gemetar. Beliau pulang ke rumahnya dalam keadaan takut. Sesampainya di rumah, beliau terus sambil berkata kepada keluarganya “Selimutilah aku! Selimutilah aku!” Maka, diselimuti oleh mereka. Dalam keadaan semacam itu, datanglah Jibril menyampaikan firman Allah kepada beliau yang artinya :
Artinya : “Hai orang yang berselimut! Bangun dan beri ingatlah! Hendaklah engkau besarkan Tuhan-mu! Dan bersihkanlah pakaianmu! Jauhilah perbuatan dosa! Janganlah engkau memberi karena hendak mendapat balasan banyak! Hendaklah engkau sabar karena Tuhanmu!”

  1. Tahapan Dakwah Rasulullah
Setelah turun ayat di atas, Rasulullah berdakwah dengan cara menyeru keluarga dan sahabat-sahabat beliau yang paling karib. Percaya adanya Tuhan dan meninggalkan pemujaan berhala.
a. Pada fase ini ada beberapa orang yang dapat menerima seruan Muhammad, yaitu : isteri beliau, Ali Putera paman beliau, dan Zaid sahaya beliau. Amat erat, Abu Bakar pun segera iman kepada Nabi.
Banyak orang yang masuk Islam dengan perantaraan Abu Bakar. Mereka terkenal dengan nama “Assabiqunal Awwalun” (orang-orang yang lebih dahulu masuk Islam). Mereka ialah Usman bin ‘Affan Zuber Ibnul Awwam, Sa’ad Ibnu Abi Waqqash, Abdur Rahman Ibnu ‘Auf, Thalhah Ibnu ‘Ubaidillah, Abu’Ubaidah Ibnu Jarrah, dan Al Arqam Ibnu Abil Arqam. Rumah Al Arqam Ibnu Abil Arqam dijadikan markas seruan kepada agama baru itu.
b. Menyeru Bani Abdul
Menyeru Bani Abdul Muthalib, ini adalah fase yang kedua. Fase ini dimulai oleh Rasulullah sesudah Allah menurunkan firman-Nya yang artinya.
Artinya : “Beri ingatlah familimu yang dekat-dekat”. (QS. Asy-Syu’ara : 214)
Nabi menyeru Bani Abdul Mutthalib. Sesudah mereka berkumpul berkatalah Nabi : “Menurut yang saya ketahui belum pernah seorang pemuda membawa sesuatu untuk kaumnya yang lebih utama dari apa yang saya bawa untuk kamu. Saya bawa untuk kamu segala kebaikan dunia dan akhirat.
Perkataan Nabi ini disambut dengan baik dan dibenarkan oleh sebagian mereka, tetapi sebagian lagi mendustakannya. Abu Lahab paman Nabi sendiri sangat mendustakan : demikian juga istri Abu Lahab itu.
Abu lahab berkata : “Celakalah engkau! Apa untuk inikah kami engkau panggil?”. Berkaitan dengan perilaku Abu Lahab ini Allah berfirman :
Artinya : Binasalah hendaknya kedua tangan Abu Lahab, dan binasalah Abu Lahab itu. Hartanya dan apa yang telah diusahakannya tidaklah membei faedah kepadanya. Dia akan dimasukkan ke dalam neraka yang bergejolak, begitu juga isterinya, pemikul kayu bakar itu. pada leher isterinya tali dari serat-serat.” (QS. Al-Lahab : 1-5)
  1. Kaum Quraisy Mulai Menentang Rasulullah
Seruan Rasulullah saw telah diketahui oleh kaum Quraisy, akan tetapi dengan cara rahasia ini mereka tidak mempedulikan dampak yang akan terjadi, mereka tidak mengira bahwa dakwah Rasul terhadap Islam akan sangat pesat dan dapat diterima oleh masyarakat. Kemudian setelah Rasul mulai berdakwah secara terang-terangan, kaum Quraisy mulai menyatakan tantangannya dan berkonfrontasi terhadap agama Islam yang baru didakwahkan oleh Rasulullah saw. Kaum Quraisy berusaha menghentikan tindakan Rasulullah dengan cara apapun.
  1. Faktor – Faktor yang Mendorong Kaum Quraisy Menentang Seruan Islam
Sebab-sebab yang mendorong kaum Quraisy menentang agama Islam dan kaum Muslimin, yaitu sebagai berikut :
a. Persaingan berebut kekuasaan
Kaum Quraisy tidak dapat membedakan antara kenabian dan kekuasaan, atau antara kenabian dan kerajaan. Mereka mengira bahwa tunduk kepada agama Muhammad adalah berarti tunduk kepada kekuasaan Bani Abdul Mutthalib.
Bagi kaum Quraisy untuk menyerahkan pimpinan kepada Muhammad, karena menurut mereka berarti suku-suku bangsa Arab akan kehilangan kekuasaan dan pengaruh dalam masyarakat.
b. Persamaan antara hak bangsawan dan hamba sahaya
Bangsa Arab hidup berkasta-kasta. Tiap-tiap manusia digolongkan kepada kasta yang tidak boleh dilampauinya. Tetapi, seruan memberikan hak sama kepada manusia. Hak sama ini adalah suatu dasar yang penting dalam agama Islam. Hamba sahaya itu dipandang lebih mulia dari tuannya apabila lebih bertakwa dari tuannya itu.
c. Takut dibangkitkan kembali
Agama islam mengajarkan bahwa pada hari kiamat manusia akan bangkit dari kuburnya, dan semua perbuatan manusia akan dihisab. Oleh yang berbuat baik, kebaikannya itu akan dibalas sebagaimana orang yang berdosa akan disiksa, karena kejahatan-kejahatan dan dosa-dosanya.
Manusia diharapkan kembali dalam keadaan tiada mempunyai kekuasaan dan pengaruh. Kemudian diadakan perhitungan terhadap segala perbuatannya dengan adil, hemat, dan cermat.
Gambaran inilah yang mendorong mereka menolak agama baru itu yang menyebabkan mereka tidak mau mengikuti dan menganutnya. Gambaran ini adalah gambaran keadilan yang tidak diinginkan oleh tiap-tiap penganiaya. Gambaran pertanggungan jawab yang amat ditakuti oleh orang-orang yang berdosa.
d. Taklid kepada nenek moyang
Taklid kepada nenek moyang secara membabi buta, dan mengikuti langkah-langkah mereka dalam soal-soal peribadatan dan pergaulan adalah suatu kebiasaan yang berurat berkat pada bangsa Arab.
e. Patung sebagai komoditi perdagangan
Orang Arab zaman dahulu, ialah memahat patung yang menggambarkan al Lata, al ‘Uzza, Manat, dan Hubal. Patung-patung itu mereka jual kepada jamaah-jamaah haji. Agama Islam melarang menyembah, memahat, dan menjual patung. Saudagar-saudagar patung memandang agama Islam sebagai penghalang rezeki, dan akan menyebabkan perniagaan mereka mati dan lenyap.
Penjaga-penjaga Kabah pun merasa pula bahwa mereka akan kehilangan kekayaan dan pengaruh, dahulu mereka peroleh karena mengabdi kepada patung-patung, dan melayani orang-orang yang datang ke Mekkah untuk mengunjungi patung-patung itu.
f. Konfrontasi kaum Quraisy terhadap Islam
Pada permulaan Islam, kaum Quraisy berjumlah mencurahkan perhatiannya untuk menentang agama Islam. Pertama kali, mereka menghalangi hamba-hamba dan orang-orang yang lemah. Kalau Muhammad bebas mengatakan apa yang diinginkannya, tetapi hamba-hamba sahaya menurut pandangan mereka tidaklah bebas atas jasmani dan rohani mereka sendiri. ‘Ammar serta isterinya Sumaiyah, begitu juga Bilal, Khabab Ibnu Aris dan lain-lain menderita siksaan yang berat, di luar perikemanusiaan. Siksaan-siksaan ini berbagai macam, umpamanya pukulan dan tidak diberi makan dan minum. Yasir sampai meninggal dunia waktu dia sedang disiksa. Perempuan Yasir terpekik ditikam oleh Abu Jahal dengan lembing, sampai meninggal dunia.
Akan tetapi Nabi tidak dapat mereka siksa, karena Bani Hasyim mempunyai kedudukan yang tinggi pada pandangan mereka. Dan Rasul sendiri mendapat penjagaan dari Abu Thalib paman beliau.
Perlawanan kaum Quraisy pun makin tambah pula. Perlawanan itu tidak hahnya dihadapkan kepada hamba sahaya dan orang-orang yang lemah,
Nabi mereka tuduh mengadakan perpecahan antara orang-orang dengan keluarga dan hamba-hamba sahayanya, serta menghasut pemuda-pemuda yang menjadi pengikutnya, menghinakan nenek moyang mereka dan dewa-dewa yang mereka sembah.
  1. Kaum Muslim Hijrah untuk Mencari Suaka ke Negeri Habsy
Keadaan kaum Muslimin yang disiksa oleh kaum Quraisy amat menyedihkan sekali. Supaya mereka terhindar dari siksaan kaum Quraisy.
Rasulullah tidak memerintahkan kepada mereka untuk mencari suaka ke negeri Yaman, karena negeri Yaman dibawah kekuasaan bangsa Persia dan orang Persia tidak menganut agama ketuhanan dan juga tidak menghormati agama ketuhanan. Buktinya Kaisar Persia mengirim utusan kepada gubernur Yaman agar menangkap utusan Rasulullah untuk dideportasi ke Yaman.
Kaum muslimin akan berhijrah untuk mencari suaka ke negeri Habsyi! Karena Rasulul mengetahui bahwa raja Habsyi seorang yang adil. Tidak pernah ada orang teraniaya di sana. Nabi akan mengirim pengikut-pengikutnya ke negeri Habsyi untuk mencari suaka.
Peristiwa ini terjadi pada tahun kelima sesudah Nabi diutus menjadi Rasul. Rombongan pertaa yang berangkat ke negeri Habsyi terdiri atas 10 orang laki-laki dan 4 orang perempuan. Diantaranya Usman bin ‘Affan beserta isteri beliau Rukayah puteri Nabi, Zubair Ibnu ‘Awwam, Abdurrahman Ibnu ‘Auf, dan Ja’far Ibnu Abi Thalib.
Kaum muslimin dapat diterima dengan baik dan mendapat penghormatan yang besar dari Najasi (Negus) raja Habsyi, sehingga tatkala kaum Quraisy meminta kepada raja Najasi agar kaum muslimin yang mencari suaka di negerinya untuk dideportasi lagi ke Makkah. Permohonan itu ditolak oleh raja Najasi dan kaum muslimin yang meminta suaka diperbolehkan tinggal dan menetap di negara Habsyi dengan aman.
  1. Memusuhi Rasulullah saw
Hijrah kaum muslimin ke Habsyi menggoncangkan kaum Quraisy. Mereka berkeyakinan dengan hijrah itu, kaum muslimin akan bertebaran ke segenap penjuru. Dan dimana mereka berada tentu mereka akan menyeru agama Islam. Dengan demikian, peribadatan kepada Allah yang akan menang, dan dapat mengalahkan peribadatan patung-patung. Mereka merubah perhatian untuk membangun gerakan, yaitu mereka mencoba menindasnya, atau membujuk Rasulullah agar menghentikan seruan agama baru itu. Untuk membujuk Nabi, mereka menjanjikan memberi Nabi harta benda yang banyak. Tetapi anjuran itu disambut oleh Nabi dengan tolakan tegas. Nabi menyatakan :
“Demi Allah, andai kata mereka meletakkan matahari di kananku dan bulan di kiriku, aku tidak akan berhenti menyeru kepada agama Allah, hingga agama itu menang atau aku binasa karenanya.”
Muhammad mendapat perlindungan dari keluarganya, terutama dari paman beliau Abu Thalib, tetapi beliau tidak luput juga dari berbagai macam penganiayaan dan siksaan. Hanya isteri beliau Khadijahlah yang senantiasa menjadi penawar hati yang dapat meringankan penderitaan-penderitaan beliau. Beliau diterima isterinya dengan baik, bila beliau datang ke rumah berhati masygul (sibuk). Beliau dibujuk dan dihibur hingga kegiatan dan ketabahan hati beliau pulih kembali.
  1. Hamzah dan Umar Ibnu Khattab Masuk Islam
Waktu Rasulullah sedang giat bertablig untuk menyeru kepada agama Islam, di samping tindakan kaum Quraisy yang sangat menentang dakwah Rasulullah, dua orang pahlawan Quraisy masuk Islam : yaitu Hamzah Ibnu Mutthalib dan Umar Ibnu Khatthab. Kedua orang ini terkenal kuat dan cerdas.
Kaum Quraisy berkeyakinan bahwa membiarkan Muhammad menyeru agamanya akan memberi kemenangan kepada agama itu. Lebih-lebih agama Islam telah mulai menarik perhatian orang-orang yang terkenal kuat seperti Hamzah dan Umar. Karena kaum Quraisy mulai mengambil langkah baru yang lebih berani untuk memukul Muhammad itu tidak akan membangkitkan amarah Bani Abdul Mutthalib, maka berkali-kali mereka datang kepada Abu Thalib, memohonkan agar dilarangnya Muhammad mencela agama dan menghina dewa-dewa mereka.
Mereka mengultimatum Abu Thalib dengan mangatakan, “Hai Abu Thalib, kamu adalah seorang tua yang kami muliakan dan kami hargai. Kami telah berkali-kali meminta kepadamu agar kamu melarang anak saudaramu itu, namun kamu tidak juga melarangnya.
Akan tetapi ancaman itu tidak ada hasilnya, oleh sebab itu mereka berusaha dengan cara lain yaitu mereka menawari Abu Thalib supaya menerima ‘Imarah Ibnul Wali Ibnul Mugirah untuk diasuh dan dipeliharanya, dan mereka mengambil Muhammad untuk dibunuh.
Permintaan ini ditolak oleh Abu Thalib, sambil melecehkan pikiran mereka. Kata Abu Thalib : “Alangkah janggalnya tawaranmu itu. Kamu berikan anakmu kepadaku untuk kuasuh dan kuberi makan, sedangkan anakku kuberikan kepadamu untuk kamu bunuh.
  1. Memboikot Bani Hasyim
Kaum Quraisy bermaksud memusuhi Bani Hasyim mereka mengadakan pertemuan untuk membahas pemboikotan terhadap Bani Hasyim yang menghasilkan kesepakatan bahwa mereka tidak akan mengadakan perkawinan dan tiadak akan berjual beli dengan Bani Hasyim.
Pemboikotan terhadap Bani Hasyim ini adalah satu pemboikotan yang amat kejam. Bani Hasyim menderita kesengsaraan, kelaparan dan kemiskinan. Tiga tahun lamanya pemboikotan ini berlangsung.
Akan tetapi, penderitaan yang begitu dalam, begitu banyak dialami kaum muslimin karena kekerasan pihak Quraisy padahal mereka masih merasakan betapa beratnya kekerasan dan, kelaparan.
Merasa kesal melihat Rasulullah dan sahabat-sahabatnya dianiaya Hasyim pergi menemui Zuhair bin Abi Umayyah (Banu Makhzum). Ibu Zuhair ini adalah Atika Binti Abdul Mutthalib (Bani Hasyim).
“Zuhair”, kata Hisyam. “Kau sudi menikmati makanan, pakaian dan wanita-wanita, padahal, seperti kau ketahui, keluarga ibumu tidak boleh berhubungan dengan orang, berjual beli, tidak boleh saling mengawinkan. Aku bersumpah, bahwa kalau mereka itu keluargaku dari pihak ibu, keluarga Abul-Hakam ibn Hasyim, lalu aku diajak seperti mengajak kau, tentu akan kutolak.”
Keduanya kemudian sepakat akan sama-sama membatalkan piagam itu, tapi meskipun begitu harus mendapat dukungan juga dari orang lain, dan secara rahasia mereka harus diyakinkan. Pendirian kedua orang itu kemudian disetujui oleh Mut’im bin ‘Adi (Naufal, Abdul Bakhtari bin Hisyam, dan Zam’a bin Aswad (keduanya dari Asad).
Dengan tujuh kali mengelilingi Kabah keesokannya paginya Zuhair bin Umayya berseru kepada orang banyak : “Hai penduduk Makkah! Kamu sekalian enak-enak makan dan berpakaian padahal Bani Hasyim binasa tidak dapat mengadakan hubungan dagang! Demi Allah saya tidak akan duduk sebelum piagam yang kejam itu dirobek!”.
Abu jahl begitu mendengar ucapan itu, ia pun berteriak : “Bohong! Tidak akan kita robek!”.
Saat itu juga terdengar suara-suara Zam’a, Abul-Bakhtari, Mut’im, dan ‘Amr ibn Hisyam mendustakan Abu Jahl dan mendukung Zuhair.
Abu Jahl segera menyadari bahwa peristiwa ini akan terselesaikan juga malam itu dan orangpun sudah menyetujui. Merasa khawatir, lalu cepat-cepat ia pergi, waktu itu, Mut’im bersiap akan merobek piagam tersebut, dilihatnya sudah mulai dimakan rayap, kecuali pada bagia pembukaannya yang berbunyi : “Atas nama-Mu ya Allah…”.
Dengan demikian terdapat kesempatan pada Muhammad dan sahabat-sahabat pergi meninggalkan celah bukit yang curam itu dan kembali ke Makkah. Kesempatan berjual beli dengan Quraisy juga terbuka, sekalipun hubungan antara keduanya seperti dulu, masing-masing siap siaga bila permusuhan itu kelak sewaktu-waktu memuncak.
Muhammad dan pengikut – pengikutnya pun keluar dari lembah bukit-bukit itu. Seruannya dikumandangkan lagi kepad apenduduk Makkah dan kepada kalibah-kalibah yang pada bulan-bulan suci datang berziarah ke Makkah. Meskipun ajakan Muhammad sudah tersiar kepada seluruh kabilah Arab di samping banyaknya mereka yang sudah menjadi pengikutnya, tapi sahabat-sahabat Rasul tidak selamat dari siksaan Quraisy, juga tidak dapat mencegahnya.
  1. Abu Thalib dan Khadijah Wafat
Beberapa bulan kemudian sesudah penghapusan piagam itu, secara tiba-tiba sekali dalam satu tahun saja Muhammad mengalami duka cita yang sangat menekan perasaan, yakni kematian Abu Thalib dan Khadijah secara berturut-turut. Waktu itu Abu Thalib sudah berusia delapan puluh tahun lebih. Setelah Quraisy mengetahui ia dalam keadaan sakit yang akan merupakan akhir hayatnya, mereka merasa khawatir apa yang akan terjadi nanti antara mereka dengan Muhammad dan sahabat-sahabatnya.
“Abu Thalib, seperti kau ketahui, kau adalah dari keluarga kami juga. Keadaan sekarang seperti kau ketahui sendiri, sangat mencemaskan kami. Engkau juga sudah mengetahui keadaan kami dengan kemenankanmu itu. Panggillah dia.
Muhammad datang tatkala mereka masih berada di tempat pemannya. Setelah diketahuinya maksud kedatangan mereka, iapun berkata :
“Sepatah kata saja saya minta, yang akan membuat mereka merajai semua orang Arab dan bukan Arab.”
“Ya, demi bapakmu”. Jawab Abu Jahl.
Ketika Abu Thalib meninggal hubungan Muhammad dengan pihak Quraisy lebih buruk lagi dari yang sudah-sudah.
Sesudah Abu Thalib, disusul pula dengan kematian Khadijah, Khadijah yang menjadi sandaran Muhammad, Khadijah yang telah mencurahkan segala rasa cinta dan kesetiaannya, dengan perasaan yang lemah lembut, dengan hati yang bersih, dan dengan kekuatan iman yang ada padanya. Khadijah, yang dulu menghiburnya bila ia mendapat kesedihan, mendapat tekanan dan yang menghilangkan rasa takut dalam hatinya. Ia adalah bidadari yang penuh kasih saying.
Abu Thalib pun meninggal, orang menjadi pelindung dan perisai terhadap segala tindakan musuh. Pengaruh apakah yang begitu sedih, begitu pedih menusuk jiwa Muhammad saw? Dua peristiwa itu akan meninggalkan luka parah dalam jiwa orang – yang bagaimanapun kuatnya – akan menusukkan racun putus asa ke dalam hatinya. Ia akan dikuasai perasaan sedih dan duka, akan dirundung kepiluan dan akan membuatnya jadi lemah, tidak dapat berpikir lain di laur dua peristiwa yang sangat mengharukan itu, sehingga tahun itu disebut dengan ”Amul Huzni”.
  1. Quraiys Semakin Ganas
Ketika seorang pandar Quraisy mencegatnya di tengah jalan lalu menyiramkan tanah ke atas kepalanya. Ia pulang ke rumah dengna tanah yang masih di atas kepala. Fatimah puterinya lalu datang mencucikan tanah yang di kepala itu. Ia membersihkannya sambil menangis. Juga secercah duka yang menyelinap ke dalam hati adalah rintihan jiwa yang sungguh keras, terasa mencekik leher dan hampir pula menggenangi mata.
Muhammad adalah seorang ayah yang sungguh bijaksana dan penuh kash sayang kepada putrid-putrinya. Apakah yang kita lihat ia lakukan terhadap tangisan anak perempuan yang baru saja kehilangan ibunya itu? Menangis hanya karena melapetaka yang menimpa ayahnya? Tidak lebih dari semua itu ia hanya menghadapkan. Hatinya kepada Allah dengan penuh iman akan segala pertolonganNya. “Jangan menangis anakku”, katanya kepada putrinya yang sedang berlinang air mata itu. “Tuhan akan melindungi ayahmu.”
Kemudian diulangnya : “sebelum wafat Abu Thalib orang-orang Quraisy itu tidak seberapa mengganggu saya.”
  1. Muhammad Pergi ke Thaif
Gangguan orang yang pernah dialami Muhammad seolah dapat meringankan perbuatan buruk yang dilakukan Thaqif, meskipun mereka tetap kaku tidak mau mengikutinya. Keadaan itu sudah diketahui pula oleh Quraisy sehingga gangguan mereka kepada Muhammad makin menjadi-jadi. Kepada kabilah-kabilah Arab pada musim ziarah, ia memperkenalkan diri, mengajak mereka mengenal arti kebenaran. Diberitahukannya kepada mereka, bahwa ia adalah nabi yang diutus, dan dimintanya mereka mempercayainya.
Abu Lahab pamannya tidak membiarkannya, bahkan dibuntutinya ke mana ia pergi. Dihasutnya orang agar tidak mau mendengarkan.
Muhammad sendiri tidak cukup hanya memperkenalkan diri kepada kabilah-kabilah Arab pada musim ziarah di Makkah saja, bahkan ia mendatangi Banu Kinda ke rumah-rumah mereka, mendatangani Banu Kalb, juga ke rumah-rumah mereka. Banu Hanifa dan Banu ‘Amir bin Sha’sha’a tapi tidak seorangpun dari mereka yang mau mendengarkan Banu Hanifa bahkan menolak dengan cara yang buruk sekali. Sedangkan Banu ‘Amir menunjukkan ambisinya, bahwa kalau Muhammad mendapat kemenangan, maka sebagai penggantinya, segala persoalan nanti harus berada di tangan mereka. Tetapi setelah dijawab, bahwa masalah itu berada di tangan Tuhan, merekapun lalu membuang muka dan menolaknya seperti yang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar