"Aku menCINTAimu karena ALLAH, dengan cara yang diridhai Allah, dalam rangka menuju ridha Allah.-

Jumat, 22 Juni 2012

Pacarmu, bukan Istrimu !




Entah siapa yang memulai tapi kemudian seperti menjadi doktrin atau tradisi kalau remaja itu harus berpacaran. Tidak berpacaran berarti belum komplit menjadi remaja. Ya, itu bukan cuma di Indonesia, tapi setahu saya terjadi di hampir seluruh dunia. Kalau kamu punya saudara perempuan, kamu pantas cemas. Begitu pula orangtua yang punya anak perempuan. Khawatir godaan pergaulan bebas semakin menjadi-jadi. Pada masa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam ada sebuah peristiwa menarik tentang pergaulan bebas.

Dari Abu Umamah bahwa ada seorang pemuda dari suku Quraisy datang menghadap Nabi dan berkata:
‘Wahai Rasulullah, izinkan aku berzina.’
Lalu orang-orang pun menatapnya dan menghardik, namun beliau berkata,
‘Dekatkanlah ia kemari!’ Ia kemudian sedikit mendekati beliau.
Beliau lalu berkata, ‘Apakah kamu suka jika hal itu menimpa pada ibumu?’ Ia menjawab, ‘Tidak, demi Allah. Allah menjadikanku sebagai tebusanmu.’ Beliau menambahkan lagi, ‘Dan orang-orang pun tidak suka bila hal itu menimpa ibu mereka.’
Beliau bertanya lagi, ‘Dan apakah kamu suka jika hal itu menimpa puterimu?’ Ia berkata, ‘Tidak ya Rasulullah. Allah menjadikanku sebagai tebusanmu.’ Beliau menambahkan lagi, ‘Dan orang-orang pun tidak suka bila hal itu menimpa puteri mereka.’
Beliau bertanya lagi, ‘Dan apakah kamu suka jika hal itu menimpa saudarimu?’ Ia berkata, ‘Tidak ya Rasulullah. Allah menjadikanku sebagai tebusanmu.’ Beliau menambahkan lagi, ‘Dan orang-orang pun tidak suka bila hal itu menimpa saudari-saudari mereka.’
Beliau bertanya lagi, ‘Dan apakah kamu suka jika hal itu menimpa saudari ayahmu?’ Beliau menambahkan, ‘Dan apakah kamu suka jika hal itu menimpa saudari ibumu?’ Ia berkata, ‘Tidak ya Rasulullah. Allah menjadikanku sebagai tebusanmu.’ Beliau menambahkan lagi, ‘Dan orang-orang pun tidak suka bila hal itu menimpa saudari-saudari ibu mereka.’
Beliau kemudian berdo’a, ‘Ya Allah, ampunilah dosanya, sucikan hatinya, dan peliharalah kemaluannya.’” Sesudah itu ia tidak pernah lagi berpaling ke hal yang keji.” (Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Thabrani, isnadnya dishahihkan dalam Silsilah Al-Haadits As-Shahihah, no 370)
Menyimak kisah di atas, sebaiknya para cowok mengukur diri, bila kita tidak suka ada laki-laki yang mengganggu, melecehkan, apalagi menodai ibu kita, saudara perempuan kita, atau mungkin bibi kita, tentunya janganlah kita melakukan hal  yang serupa pada semua perempuan yang ada di bumi ini. Bukankah orang lain pun punya perasaan yang sama dengan kita, tidak ingin keluarga mereka diganggu?
Zina adalah di antara dosa besar setelah syirik dan pembunuhan. Allah Ta’ala berfirman mengenai dosa zina,
وَالَّذِينَ لَا يَدْعُونَ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آَخَرَ وَلَا يَقْتُلُونَ النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ وَلَا يَزْنُونَ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ يَلْقَ أَثَامًا (68) يُضَاعَفْ لَهُ الْعَذَابُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَيَخْلُدْ فِيهِ مُهَانًا (69) إِلَّا مَنْ تَابَ وَآَمَنَ وَعَمِلَ عَمَلًا صَالِحًا فَأُولَئِكَ يُبَدِّلُ اللَّهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا (70) وَمَنْ تَابَ وَعَمِلَ صَالِحًا فَإِنَّهُ يَتُوبُ إِلَى اللَّهِ مَتَابًا (71)
Dan orang-orang yang tidak menyembah Rabb yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan yang demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa(nya), (yakni) akan dilipat gandakan azab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina, kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal shaleh; maka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Furqon: 68-70)
Allah melarang mendekati zina. Mendekati saja tidak boleh, apalagi sampai melakukan zina itu sendiri. Allah Ta’ala berfirman,
وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا
Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al Isro’: 32). Imam Al Qurthubi berkata, “Para ulama mengatakan mengenakan firman Allah (yang artinya) ‘janganlah mendekati zina’ bahwa larangan dalam ayat ini lebih dari perkataan ‘janganlah melakukan zina’. Makna ayat tersebut adalah ‘jangan mendekati zina’.
Ada seseorang yang bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai Rasulullah, dosa apa yang paling besar di sisi Allah?” Beliau bersabda, “Engkau menjadikan bagi Allah tandingan, padahal Dia-lah yang menciptakanmu.” Kemudian ia bertanya lagi, “Terus apa lagi?” Beliau bersabda, “Engkau membunuh anakmu yang dia makan bersamamu.” Kemudian ia bertanya lagi, “Terus apa lagi?” Beliau bersabda,
ثُمَّ أَنْ تُزَانِىَ بِحَلِيلَةِ جَارِكَ
Kemudian engkau berzina dengan istri tetanggamu.” Kemudian akhirnya Allah turunkan surat Al Furqon ayat 68 di atas. (HR. Bukhari no. 7532 dan Muslim no. 86)
Seluruh agama pun telah menyatakan bahwa zina itu terlarang, tidak ada satu pun agama yang menyatakan halal. Hukuman perbuatan zina amatlah berat karena zina telah merampas kehormatan dan merusak nasab. Padahal ajaran Islam itu menjaga kehormatan jiwa, agama, nasab, akal dan harta.
Saya membayangkan kalau semua pria di dunia berpikiran sama dengan pemuda yang ada dalam kisah di atas, bersihlah masyarakat kita dari berbagai perbuatan yang keji itu.
Buat kamu remaja puteri, sadarlah kalau hubungan seks di luar pernikahan bukanlah cinta, bahkan tidak ada hubungannya sama sekali dengan cinta. Ketika teman priamu merayumu bahkan memaksamu untuk menuruti keinginan jahatnya, sesungguhnya ia tidak mencintaimu, tapi ingin memanfaatkan dirimu. Seseorang yang mencintai orang lain pastinya akan menjaga kehormatan dan kesucian orang yang dicintainya, bukan malah merusaknya.
Dan untuk kalian berdua, para cowok dan cewek, jangan tergoda dengan propaganda atau cerita-cerita orang-orang yang pernah melakukan perbuatan terlarang itu. Apa yang mereka bilang asyik dan menyenangkan hakikatnya adalah penderitaan di masa depan. Bayangkan betapa bencinya Allah pada orang-orang yang melakukan perzinaan.
Wahai remaja puteri, jagalah harga dirimu, kehormatanmu dan farajmu. Boleh saja pacarmu bilang ‘aku pasti bertanggung jawab’, tapi itu adalah tanggung jawab di dunia, sementara di akhirat sana setiap orang bakal bertanggung jawab pada perbuatannya masing-masing. Tidak akan bisa seseorang melimpahkan urusan pahala dan dosa pada orang lain.
“…dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Kemudian kepada Tuhanmulah kamu kembali, dan akan diberitakan-Nya kepadamu apa yang kamu perselisihkan.” (QS. Al An’aam [6] :164).
Dan belajar dari pengalaman orang lain, cowok yang memiliki kelakuan macam itu adalah cowok buaya yang tidak bakalan bertanggung jawab atas perbuatannya. Setelah pacarnya hamil, mungkin ia akan melarikan diri mencari pacar baru, atau menyuruh kekasihnya yang sudah telat haidh itu untuk mengaborsi kandungannya. Hih!
Dengan begitu, wahai para cowok, harap diingat bahwa pacarmu BUKAN istrimu. Dan buat para cewek, pacarmu BUKAN suamimu. Sama sekali tidak ada ikatan apa-apa di antara kalian berdua. Sayangi masa depan kalian berdua. Jangan dihancurkan hanya dengan perasaan ‘cinta’ yang nggak jelas juntrungannya.
Terakhir, tapi ini yang terpenting, 
Pacaran  itu sendiri budaya yang asing dalam Islam. Bahkan Islam pun nggak merestuinya, karena kenyataannya pacaran lebih berupa amalan mendekati zina. Langkah yang benar adalah tidak melakukan pacaran
 daripada jatuh ke dalam perangkap syetan. Apalagi kalau pacaran  itu sekedar main-main belaka.
“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al Israa’ [17]:32).
Mohon dipahami oleh kamu semua, dalam agama kita yang namanya pergaulan bebas bukan sekedar hubungan seks di luar nikah, tapi berduaan, pegangan tangan, pelukan, ciuman dalam pandangan agama sudah termasuk pergaulan bebas. Karena seharusnya kan ukuran baik dan buruk itu adalah agama kita yang memang sudah pasti tolak ukurnya. Kalau kemudian ukuran baik dan buruknya perbuatan kita itu adalah nafsu kita sendiri, entah apa jadinya isi dunia kita ini.
Kayaknya kita juga harus membuat himbauan kepada para orang tua agar mereka juga menjadikan Islam sebagai ukuran pikiran dan perbuatan. Termasuk dalam cara mendidik anak-anak mereka.Banyak orang tua yang cerewet dalam urusan pendidikan sekolah atau akademik lainnya, tapi kendor atau blong dalam pendidikan agama. Di antaranya dalam soal pergaulan dengan lawan jenis ini.
Para bapak dan ibu yang dimuliakan Allah Subhanahu Wa Ta’ala, mari kita bersama-sama menjaga akhlak anak-anak kita. Siapkan juga anak-anak kita untuk menjadi seorang ayah dan ibu bagi keluarga mereka kelak. Dan bila mereka sudah mampu segera nikahkanlah mereka dengan pasangan yang baik agama dan dunianya. InsyaAllah kita akan menjadi orang tua yang disayang Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Allahu a’lam


Tidak ada komentar:

Posting Komentar